Jakarta dan pundaknya
Pena ini menjadi alat untukku mencurahkan rindu pada Jakarta
Hai Jakarta, apa kabar?
Kapan terakhir kali kita bertegur sapa?
Banguanan yang tinggi menangkap mata
Riuh suara menggema memecah ingatan
.
Ledakan-ledakan lampu jalan mengusik netra
Persimpangannya memberi kisah
Setiap langkahnya menjalin kasih
Jakarta, dirimu memberiku asih
.
Kepada Jakarta dan pundaknya
Kini cangkir tehku sudah begitu kosong
Walaupun tidak bisa kau isi kembali
Ku harap masih terasa hangat dan nyamannya