DAMPAK PEMBELAJARAN DARING SELAMA PANDEMI COVID-19 DI SMA NEGERI 3 BANJAR

Pada saat Covid-19 melanda seluruh negeri, khususnya Indonesia, pembelajaran secara tatap muka dihentikan sementara waktu dan diberlakukan pembelajaran secara daring

DAMPAK PEMBELAJARAN DARING SELAMA PANDEMI COVID-19 DI SMA NEGERI 3 BANJAR

DAMPAK PEMBELAJARAN DARING SELAMA PANDEMI COVID-19 DI SMA NEGERI 3 BANJAR

Oleh : Desty Muliani N., S.Pd.

                Pada saat Covid-19 melanda seluruh negeri, khususnya Indonesia, pembelajaran secara tatap muka dihentikan sementara waktu dan diberlakukan pembelajaran secara daring. Apa itu pembelajaran secara daring? Menurut KBBI pengertian daring atau pembelajaran daring adalah akronim “dalam jaringan” yang berarti segala sesuatu dilakukan secara online. Pembelajaran daring adalah sejenis pembelajaran yang bisa dilakukan dengan modal ponsel, laptop, komputer, tablet, dan internet. Dalam pembelajaran daring biasanya menggunakan berbagai aplikasi, di antaranya Zoom, Google Meet, WhatsApp, dan Google Classroom.

Setiap fenomena sejatinya mengantarkan dua dampak yang berbeda yaitu, dampak positif dan juga dampak negatif. Kedua dampak tersebut akan selalu berdampingan dan memberikan pesan yang berbeda. Semua bergantung pada sudut pandang yang kita gunakan. Berikut merupakan dampak negatif dari pembelajaran daring selama pandemi Covid-19.

Pertama, ketidaksiapan ekosistem. Pembelajaran daring diberlakukan bagi seluruh tingkatan sekolah, mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga tingkat perguruan tinggi. Dan tidak terkecuali sekolah menengah atas. Kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, dituntut untuk membuat keputusan secara cepat dalam menentukan sistem pembelajaran yang tepat, saat Pemerintah mengharuskan setiap sekolah untuk memberlakukan pembelajaran dari rumah. Secara mendadak guru diharuskan mengubah silabus dan proses pembelajaran digital. Siswa pun belum bisa beradaptasi dengan pembelajaran yang disampaikan melalui aplikasi Zoom, Google Meet, atau menonton video pembelajaran, disertai dengan tugas yang menumpuk. Sementara, orang tua murid merasa stress karena harus mendampingi proses pembelajaran sekaligus tugas-tugasnya, di samping harus memikirkan kehidupan sehari-hari dan pekerjaan masing-masing.

                Permasalahan tersebut menjadi catatan penting bagi setiap sekolah menengah atas yang harus mengejar pembelajaran daring secara cepat. Padahal, sarana dan prasarana di setiap sekolah berbeda-beda, belum lagi kemampuan setiap siswa sebagai pelajar sekaligus guru sebagai pengajar berbeda pula. Salah satu contoh konkretnya terjadi di sekolah kami yaitu SMA Negeri 3 Banjar. Dari sisi peserta didik, terdapat beberapa siswa yang tidak memiliki fasilitas belajar seperti handphone atau pun laptop. Kemudian, dari sisi pengajar, terdapat beberapa guru yang belum begitu cakap menggunakan teknologi digital. sehingga sekolah kami cukup sulit beradaptasi  dengan pembelajaran daring.

Kedua, menumbuhkan karakter tidak disiplin. Bagi siswa yang belum bisa memanfaatkan waktu dengan baik, pembelajaran daring menjadikan mereka tidak disiplin. Banyak siswa yang terlalu santai di rumah, bangun tidur bebas jam berapa pun, dan bisa bermain gadget tanpa mengenal waktu. Tugas dapat dikerjakan dengan cara menyalin tugas teman, sehingga tidak perlu berpikir keras atau mencari sumber jawaban secara online sendiri.

Ketiga, pembelajaran kurang menyenangkan. Beberapa siswa berpikir bahwa pembelajaran daring kurang menyenangkan, karena mereka tidak dapat bersosial, bertemu dengan teman-teman secara langsung, tidak dapat bertemu dengan guru secara langsung, dan tidak dapat melakukan pembelajaran secara tatap muka. Dengan pembelajaran daring membuat mereka sulit untuk memahami mata pelajaran tertentu, seperti matematika, fisika, dan mata pelajaran hitungan lainnya. Mata pelajaran yang membutuhkan penjelasan lebih detail memang sulit untuk dilakukan secara daring, karena waktu terbatas (harus menggunakan kuota lebih besar). Tidak dapat hanya mencari sumber jawaban secara online atau dari video pembelajaran saja. Karena ada siswa yang bisa paham hanya jika gurunya yang menjelaskan. Hal itulah yang membuat beberapa siswa tidak nyaman dengan pembelajaran daring.

Meskipun pada prosesnya guru, siswa maupun orang tua mengalami kesulitan dan ketidaknyamanan dengan pembelajaran daring. Namun bagi siswa yang bisa memanfaatkan peluang sebaik-baiknya, pembelajaran daring memberikan dampak positif, seperti di antaranya.

Pertama, penggunaan literasi digital. Program merdeka belajar berkaitan erat dengan literasi digital terlebih hadirnya Pandemi Covid-19 telah menyadarkan bagaimana pentingnya pemanfaatan teknologi digital dalam pembelajaran. Meskipun teknologi tidak sepenuhnya bisa menggantikan pembelajaran tatap muka, namun pemanfaatan teknologi mampu mengakselerasi transformasi pendidikan dan mendorong lompatan-lompatan kemajuan. Sebagai contoh, guru dan siswa mendapatkan kemudahan dalam proses pembelajaran, pemberian latihan, penugasan, pelaksanaan ujian atau pun pengumpulan data nilai yang dilakukan secara daring. Selain itu, siswa belajar berpikir kritis, dapat memilah berita hoax atau berita benar. Sehingga mereka belajar bagaimana menggunakan teknologi secara bijak, tepat sasaran dan cakap.

Kedua, berpikir inovatif. Sejatinya para guru harus selalu memiliki daya inisiasi untuk berinovasi. Diawali dengan kreativitas guru dalam menyusun video materi pembelajaran yang menarik yang kemudian diunggah ke platform Youtube . Sehingga,  dapat diakses kapanpun dan di manapun oleh siswanya. Kemudian, setelah itu guru mendorong siswa untuk aktif belajar melalui pembelajaran berbasis proyek (Project based learning). Pada situasi ini mitra peserta didik untuk berkreasi dan berinovasi seperti halnya pelajaran Bahasa Indonesia, membuat video berita atau video yang berisikan teks prosedur terkait fenomena covid-19. Sebagai contoh membuat video edukasi menarik seperti, cara pencegahan virus Covid-19, cara membuat masker sendiri, cara asik belajar daring, dan lain-lain. Kemudian video tersebut disebarluaskan di media sosial sehingga, bermanfaat bagi semua orang.

Ketiga, belajar multitasking. Tidak semua siswa beruntung dalam hidupnya, ada juga  yang kurang beruntung. Oleh karena itu, terdapat sebagian siswa yang bekerja sekaligus sekolah  pada momen pandemi Covid-19. Selain itu, banyak pula siswa yang belajar jarak jauh sambil membantu  pekerjaan orang tuanya. Rupanya rasa tanggung jawab, empati, inisiasi juga kreativitas siswa telah terbangunkan. Sehingga mereka pun memiliki ketersandaran yang tinggi, secara spontan mereka harus belajar manajemen waktu dan pikiran. Barangkali inilah yang dikatakan pembelajaran berbasis masalah atau dikenal dengan istilah problem based solving. Siswa belajar bagaimana memecahkan permasalahan hidupnya dengan hal-hal positif.

                Berangkat dari beberapa dampak di atas maka dapat disimpulkan bahwa kita harus bisa memetik hikmah yang baik dari pembelajaran daring ini. Sedikit demi sedikit beradaptasi belajar melalui gaya yang baru. Bersahabat dengan dunia digital. Serta belajar menjadi seorang yang bijak, pandai membagi waktu, dan berinovasi di ruang yang baru.

Files