Implementasi Pembelajaran Narrative dengan Menggunakan Metode Role Playing yang Diintegrasikan dengan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Project Based Learning.

Implementasi Pembelajaran Narrative dengan Menggunakan Metode Role Playing yang Diintegrasikan dengan Model Pembelajaran Discovery Learning  dan Project Based Learning.

Implementasi Pembelajaran Narrative dengan Menggunakan Metode Role Playing yang Diintegrasikan dengan Model Pembelajaran Discovery Learning 
dan Project Based Learning.

Happy Kusmaningsih, S.Pd.

Bahasa inggris merupakan bahasa yang paling banyak digunakan oleh orang-orang di penjuru dunia. Hadirnya Revolusi industri 4.0 pun telah berhasil menguatkan eksistensi  bahasa inggris di Indonesia. Dengan adanya perdagangan bebas dan berdirinya  perusahaan-perusahan asing, menjadikan bahasa inggris sebagai kompentensi yang vital guna menjalin komunikasi. 
Begitu juga dengan diberlakukannya kurikulum merdeka, kehadirannya telah memperkuat keberadaan bahasa Inggris di berbagai jenjang sekolah. Ada pun tujuan pembelajaran bahasa inggris yaitu di antaranya untuk mengembangkan kompetensi komunikatif dengan berbagai teks multimodal (lisan, tulisan, visual, audiovisual), mengembangkan kompetensi interkultural, meningkatakan kepercayaan diri serta melatih bernalar kritis.
Berangkat dari latar belakang di atas bahasa inggris menjadi mata pelajaran yang wajib dikuasai oleh setiap siswa. Pembelajaran bahasa inggris di bangku sekolah menjadi tumpuan paling mendasar sebagai bekal kehidupan. Sehingga, pembelajaran di kelas-kelas sekolah pun harus dikemas dengan baik dan juga menarik supaya mudah dipahami. 
Salah satu cara yang penulis lakukan agar siswa memiliki ketertarikan pada kompetensi speaking (berbicara) dalam bahasa inggris yaitu dengan menggunakan metode role playing yang diintegrasikan dengan model pembelajaran project based learning. Diterapkan pada materi narrative kelas XI, Semester Ganjil,  tahun ajaran 2021/2022, di SMA Negeri 3 Banjar. Dengan durasi belajar selama 4 pertemuan (8 JP).
Narrative merupakan teks yang menceritakan rangkaian peristiwa dengan sistem kronologis atau saling terhubung. Narrative umumnya bersifat fiksi, tidak nyata atau berupa imajinasi dari penulisnya. Apabila dalam bahasa Indonesia, hampir mirip dengan cerpen. Oleh karena itu, materi narrative sangat relevan untuk dijadikan bahan pengasah kemampuan speaking siswa dalam bahasa inggris dengan metode  role playing.
Bahan teks narrative yang digunakan yaitu cerita yang berasal dari sage, cerita rakyat atau pun fabel Indonesia. Seperti cerita Malin Kundang, The Golden Cucumber, The monkey and the turtle, dll. Sehingga kearifan lokal tetap terangkat dalam pmbelajaran ini.
Metode pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran ini yaitu Role Playing. Bermain peran atau dikenal dengan istilah role playing menurut Mulyatiningsih (2011:236) yaitu cara mengajak siswa untuk menirukan aktivitas di luar atau mendramatisasikan situasi, ide, maupun suatu karakter tertentu.  
Terdapat beberapa keunggulan metode role playing yang berperean dalam meningkatkan kemampuan komunikatif siswa dalam berbahasa inggris, seperti;
Memperlancar siswa untuk menghasilkan sebuah bahasa percakapan secara alami dengan teman; (Dougill, 1994: 12) 
Melatih siswa untuk berpikir kreatif dan menjadi pribadi yang percaya diri; 
Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis sehingga menumbuhkan rasa percaya dan tenggang rasa terhadap teman karena siswa dapat bertukar pikiran, bekerja sama, dan saling memberi saran dengan teman sekelompok (Dougill,1994: 11-12); 
Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja (Djumingin, 2011: 175-176) karena melatih siwa untuk tanggap dalam berbahasa di berbagai situasi (Dougill, 1994: 17). 
Membuat siswa lebih siap dan spontan dalam menanggapi sebuah ungkapan berbahasa inggris dengan kosa kata yang bervariasi. 
Dapat berkesan lama dalam ingatan siswa karena bermain peran merupakan pengalaman yang menyenangkan; 
Sangat menarik bagi siswa sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias karena melihat penampilan teman  temannya. (Dougill, 1994: 8)
Kemudian, model pembelajaran yang diterapkan yaitu discovery learning dan project based learning.  Model pembelajaran discovery learning saya aplikasikan pada pertemuan ke-1. Sedangkan,  model pembelajaran project based learning saya aplikasikan pada pertemuan ke-2, ke-3 dan ke-4.
Dikutip dari laman www.kemendikbud.go.id discovery learning atau inquiry learning yaitu memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Menurut Fathurrohman (2016), project based learning adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dicapai peserta didik. 
Selanjutnya, dari sudut pandang Goodman dan Stivers (2010), project based learning dapat diartikan sebagai pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang diberikan tantangan kepada peserta didik yang terkait dengan kebutuhan sehari-hari untuk dipecahkan secara berkelompok.
Ada pun, langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan yaitu:
Pertemuan ke-1
Pada pertemuan ke-1 dilakukan pendalaman materi narrative dengan menerapkan model pembelajaran discovery learning.
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
Stimulation, peserta didik diberi stimulus dengan diferensiasi konten yang beragam sesuai dengan profil belajar seperti, video praktek role playing, contoh-contoh teks narrative berupa buku dongeng berbahasa inggris.
Problem Statement, peserta didik diberikan problem statement berupa pertanyaan terkait analisis struktur teks, unsur intrinsik & ekstrinsik teks narrative.
Data Collection, berdiskusi mengumpulkan dat hasil analisis
Data Processing, mengolah informasi yang didapatkan dan membahasnya bersama guru.

Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke-2 pembelajaran diintegrasikan dengan model project based learning, dengan langkah-langkah; 
Guru memberikan pertanyaan mendasar mengunakan differensiasi minat .
Jika kalian diberikan kesempatan menjadi aktor dalam sebuah cerita maka; 
Jenis teks narative apa yang ingin digunakan sebagai praktik? (sage, cerita rakyat atau fabel) 
Apa judul ceritanya?.
Berperan sebagai apa dalam proyek tersebut? (Narator, Aktor atau Videografer).
Bentuk proyek yang dihasilkan berupa? (Video atau Praktik langsung.)
Mendesain perencanaan proyek. Peserta didik dikelompokan, diberikan pedoman pengerjaan proyek, kemudian mereka berdiskusi merencanakan produk.
Menyusun Jadwal Pembuatan. Peserta didik diberi waktu 4 pertemuan untuk merampungkan proyek. Dengan jadwal, 1 minggu merancang naskah, menentukan latar, pembagian peran, perencanaan kostum. Minggu ke-2 latihan bermain peran. Minggu ke-3 latihan bermain peran / merekam video.  Kemudian, minggu terakhir praktik jika memilih praktik langsung dan mengumpulkan video jika memilih projek berupa video.
Memonitor keaktifan dan perkembangan proyek. Peserta didik berdiskusi mengerjakan proyek. Peserta didik diberi kebebasan untuk memilih tempat diskusi (differensiasi tempat).

Pertemuan ke-3
Pertemuan ke-3 merupakan lanjutan sintak dari project based learning, langkah-langkahnya yaitu;
Memeriksa dan mengkoreksi tanda baca, kebahasaan dan gramatikal penulisan naskah narrative
Memantau keaktifan peserta didik dan siap melayani apabila peserta didik konsultasi terhadap kesulitan. 
Melakukan latihan praktik role playing. 

Pertemuan ke-4
Pada pertemuan ke-4 merupakan akhir dari sintak dari project based learning yang juga merupakan hasil dari diferensiasi produk. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu;
Bagi peserta didik yang memilih praktik bermain peran secara langsung maka, pada pertemuan ini dilakukan praktik di dalam kelas.
Kemudian, bagi peserta didik yang memilih produk berupa video bermain peran maka,  hasil karya videonya harus dikumpulkan. 
Guru menyimak dan menilai siswa yang bermain peran
Guru memastikan keaslian karya video bermain peran siswa
Guru memeriksa dan meniali hasil karya video bermain peran siswa.
Melakukan evaluasi dan refleksi bersama.

Setelah dilakukan beberapa rangkaian proses pembelajaran di atas, siswa dapat memahami materi narrative dengan baik dan menyeluruh. Siswa juga lebih termotivasi dalam belajar dan lebih mudah untuk memahami bahasa inggris. 
Penggunaan metode role playing ini telah membuat kelas lebih aktif dan hidup. Aspek Speaking pun terlatih dengan cukup efektif.  Siswa bersedia untuk berpartisipasi tanpa dipaksa oleh guru.  Mendorong siswa yang pemalu dan takut untuk berbiacara dalam bahasa inggris menjadi lebih berani dan percaya diri.
Kemudian, penerapan model pembelajaran discovery learning dan project based learning telah melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif, inovatif, kooperatif serta kolaboratif. Menumbuhkan intektual yang kritis dan karakter siswa yang sesuai dengan kebutuhan zaman.  
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pengintegrasian metode role playing bersama dengan model pembelajaran discovery learning dan project based learning pada materi narrative  ini menjadi suatu implementasi yang bagus untuk diterapkan di dalam kelas kurikulum merdeka dalam menyokong siswa agar lancar berbahasa, berbicara dalam bahasa inggris. 

Files