101 days after with you

Cerpen romansa adaptasi dari hikayat 1001 malam.

101 days after with you

Semua orang nampaknya sibuk pagi ini, mereka berjalan terburu-buru memasuki kereta umum agar mendapatkan tempat duduk, tak jarang badan mereka beradu satu sama lain. Stasiun memang sesibuk ini, Galeo sangat tidak menyukai suasananya karena terlalu ramai, oleh karena itu, ia selalu menggunakan headset ketika menaiki kereta umum. 

Galeo ikut melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kereta, namun sebelum ia masuk sempurna, ia tak sengaja menabrak seorang perempuan, buku-buku yang di pegang perempuan itu berserakan jatuh. 

Matanya menatap perempuan itu, baju putih abu menyapa netranya, 'Oh? Anak SMA juga ternyata.' pikirnya.

Ya, Galeo adalah seorang laki-laki yang menduduki bangku SMA kelas 11. Kini ia menjabat sebagai murid teladan yang memiliki banyak prestasi di sekolahnya. Dan sekarang pun, Galeo sedang dalam perjalanannya ke sekolah dengan menaiki kereta. Namun, kegiatannya terhambat karena perempuan yang membawa banyak buku ini menabraknya.

"Maaf, aku gak lihat jalan," perempuan itu langsung berjongkok untuk mengambil buku-bukunya.

"Gak apa-apa," Galeo langsung ikut berjongkok membantu mengambil bukunya. Wajar jika perempuan itu menabraknya, karena memang keadaan di stasiun begitu berdesak-desakan.

Mereka berdiri lagi setelah buku-buku selesai di ambil, perempuan itu hanya menunduk berapa kali tanda terimakasih pada Galeo, namun tidak ada kata lagi yang keluar darinya. Galeo jadi bingung harus mengatakan apa kepada perempuan di hadapannya. 

Namun setelahnya, suara dari operator stasiun memecahkan kecanggungan mereka. 

'Kereta akan segera berangkat, penumpang di harapkan sudah menduduki kursinya masing-masing.'

"Lain kali hati-hati, aku duluan, ya?" Setelah itu Galeo pergi meninggalkan perempuan itu masuk ke dalam kereta, beruntung ia masih bisa masuk sebelum menit terakhir kereta itu akan di jalankan. 

Meninggalkan perempuan yang membawa banyak buku itu di stasiun.

'Dia gak naik kereta?' 




                                       . . .




Bel sekolah mulai berbunyi, tandanya, semua siswa harus berkumpul di lapangan. Pagi ini tentu pagi yang sangat krusial bagi para siswa karena di adakannya upacara pengibaran bendera. 

Galeo yang sedang jalan ke arah lapang sambil sibuk menggunakan topinya tiba-tiba di rangkul oleh seseorang dari belakang. Rangkulan itu sangat kencang, membuat bajunya tentu kusut di buatnya. 

"Pagi Leo!" Sapa orang yang merangkulnya.

Galeo langsung berbalik ke samping, dilihatnya tampang sahabatnya yang sedang tersenyum kepadanya. Orang itu adalah Gavin, teman sebangkunya di kelas, atau, bisa dibilang sahabat karib Galeo sejak kelas 10. 

"Bisa gak sih, pagi-pagi gini jangan bikin kesel?" Galeo memutarkan matanya, lelah dengan kelakuan sahabatnya ini.

"Santai dong, jangan marah dulu, masih pagi nih. Ngomong-ngomong, aku punya berita bagus buat kamu,"

Galeo menaikkan alisnya, "Berita bagus?"

"Inget gak? Cewe yang kamu mau deketin minggu lalu?" 

"Iya?" Galeo menunggu ucapan Gavin selanjutnya, merasa penasaran dengan 'kabar baik' yang ia bawa.

"Doi katanya nanyain kamu, tuh,"

"Oh ya? Kapan? Bagus dong, berarti udah kena pelet cowo ganteng kaya aku, tinggal tembak, jadi pacarku." 

Gavin yang melihat tingkah sahabatnya langsung memukul kepalanya. "Dasar, ganti-ganti terus cewe, mentang-mentang kamu ganteng, pinter. Emang gak cape apa, ganti-ganti cewe terus?"

Galeo yang di sindir, menggeleng, ia tidak merasa salah dengan apa yang ia lakukan. Walaupun Galeo adalah murid teladan di sekolah, namun sifat buruknya yang selalu berganti pacar membuat orang lain sering membicarakannya, mereka bilang itu adalah 'Redflag nya seorang Galeo Ardashir'. Entah apa yang membuat Galeo selalu berganti-ganti pacar, dalam setahunpun mungkin Galeo sudah memiliki 6 mantan. Gavin bahkan lelah dengan kelakuan sahabatnya, namun, bagaimanapun, sebagai sahabatnya, Gavin hanya mendukung apapun yang Galeo lakukan. 

"Kayanya besok aku mau nembak." 

"Woi nembak apaan? Jangan bawa senjata ke sekolah dong! Aku tahu papamu tentara, tapi itu tindakan ilegal Leo!" Heboh Gavin

Lagi-lagi, Galeo memutarkan matanya, dasar, Gavin bodoh atau bagaimana sih? Masa maksud 'nembak' aja dia gak tahu?

"Maksudku, nembak Leana buat jadi pacarku vin.." 

Gavin cengengesan, ia langsung menggaruk tengkuknya "Hehe, lagian emangnya kamu udah yakin sama cewe itu?"

"Yakin banget, aku gaakan salah milih cewe vin." Kata yang keluar dari mulut Galeo terdengar sangat meyakinkan

Gavin menyilangkan tangannya "Palingan juga satu minggu udah putus!" 

"Do'ain temen tuh yang bener, vin." 

"Udah kok, kamunya aja yang gak berubah, Leana tuh cantik, pinter, baik, jangan di sia siain Galeo." Ucap Gavin, setelah itu ia merangkul kembali Galeo dan menariknya agar lebih cepat sampai ke lapangan.

Leana Abigail, perempuan yang Galeo dan Gavin sebut-sebut adalah perempuan terpopuler di sekolah. Bukan hanya karena parasnya yang cantik, namun keahliannya memainkan biola membuat orang-orang menjadi suka padanya. Termasuk Galeo. 

Setelah upacara selesai, Galeo berniat untuk menghampiri Leana, ia bahkan berani bertanya kepada teman sekelas Leana untuk mencari keberadaannya. Dengar-dengar, sih, perempuan itu sedang berada di perpustakaan. Oleh karena itu, Galeo langsung meluncur ke arah perpustakaan untuk mencari sang pujaannya. 

Sesampainya di perpustakaan, atmosfer berubah menjadi hening, karena jam segini memang jarang sekali ada murid yang ke perpustakaan, Galeo bahkan hanya melihat dua murid yang sedang mojok pacaran di ujung rak. Ia hanya menggelengkan kepalanya melihat itu.

"Leana, kamu di mana, sih?" Ucapnya sambil terus berjalan dari satu lorong rak ke lorong rak lainnya.

Di tengah langkah kakinya, entah kenapa kepala Galeo tiba-tiba ingin menoleh ke arah kanan. Di sana, terdapat sebuah rak yang bertuliskan 'Novel' di atasnya. Galeo juga melihat seorang perempuan berambut setengah panjang tang sedang sibuk memilih buku dari rak yang paling atas. Satu tangan lainnya membawa begitu banyak buku, sampai ia tidak bisa menahan keseimbangannya. 

"Eh? Bukannya dia perempuan yang aku temuin di stasiun, ya?" Alih-alih bertemu Leana, Galeo malah bertemu lagi dengan peremluan yang tidak sengaja menabraknya pagi tadi.

Kaki perempuan itu berjinjit-jinjit bagaikan balerina yang sedang menari, buku yang sedari tadi ingin ia ambil itu sungguh susah di tarik. Karena terlalu lama berjinjit, akhirnya kaki perempuan itu terkilir, membuat buku yang ia ambil dari atas itu juga ikut tercabut dari raknya. Sialnya, buku lain juga ikut tertarik karenanya, buku-buku tebal itu berjatuhan siap menyapa tubuhnya. Ia langsung menutup matanya erat-erat, berharap kalau ia tidak akan pegal karena tertimpa buku sebanyak itu.

BRUK!

BRUK!

BRUK! 

Begitu nyaring suara buku-buku berjatuhan. Tapi, perempuan itu merasa aneh lantaran tubuhnya tidak merasa tertimpa apapun. Setelah ia membuka matanya, seorang laki-laki dengan mimik wajah yang sedang menahan rasa sakit itu ada di hadapannya, iya, laki-laki itu adalah Galeo. 

Setelah Galeo melihat perempuan itu terkilir kakinya, ia langsing refleks berlari lalu melindungi tubuh perempuan itu dari buku-buku yang berjatuhan. Posisi mereka kini sangatlah dekat, saking dekatnya, perempuan itu bahkan bisa mendengar hembusan nafas Galeo di hadapannya. 

"Kamu ... Gapapa?" 

Netra mereka bertemu, Galeo menatap mata berwarna cokelat itu dengan seksama, 'cantik', bisikan itu tiba-tiba terlintas di pikirannya saat mereka saling bertatapan. Ada keterkejutan yang Galeo tangkap dari netra si perempuan. Sepertinya mereka sama-sama terkejut melihat satu sama lain.

"I-iya gapapa," perempuan itu langsung memutuskan pandangan mereka, ia merasa canggung dan langsung mengalihkan perhatiannya ke arah lamtai perpustakaan

Bukannya menjauh, Galeo malah tersenyum ketika mendengar jawaban dari perempuan itu, "Kita ketemu lagi, ya?" 

"HEI NGAPAIN KALIAN BERANTAKIN RAK?!"

Sebelum perempuan itu membuka suaranya kembali, tiba-tiba seorang guru penjaga di perpustakaan datang ke arah mereka, sebut saja Bu Jingga namanya.

"Saya tahu, ya, kalian ke perpus itu bukannya mau baca, tapi mau pacaran! Yakan? Kreatif sedikit dong, masa mojok di perpus!" Ketus Bu Jingga sambil mengarahkan penggaris panjangnya ke arah mereka.

Merinding sekali mendengarnya, Bu Jingga memang terkenal dengan sifat galaknya. Galeo dan perempuan itu langsung menjauh satu sama lain, ini hanyalah kesalah pahaman. Mereka begitu canggung setelah kejadian tadi. 

"Anu, Bu, tadi saya gak sengaja lihat dia mau kejatuhan buku, coba kalau gak saya tolongin, kayanya kepalanya udah benjol-benjol semua, Bu," Bela Galeo, cengiran tipis muncul di bibirnya, membuat perempuan yang ada bersama nya itu juga ikutan terkekeh mendengar pembelaan Galeo.

Bu jingga langsung menggeleng mendengar alasan yang di keluarkan Galeo "Yaampun Nak Galeo ... saya gak pernah loh lihat kamu romantis-romantisan di perpus, udah jangan banyak alasan lagi! Mending kalian beresin buku-bukunya lagi, oke?" Walaupun nada bu jingga sudah menurun, tapi tatapan matanya yang terus terusan melotot ke arah mereka membuat Galeo semakin takut di buatnya, ah Bu Jingga ternyata makin seram setiap harinya. 

"Iya bu pasti saya beresin!" 

Mendengar kata itu keluar dari mulut Galeo, Bu Jingga menyunggingkan senyumannya "Awas ya, Ibu pantau kalian,"

Perempuan itu meneguk ludahnya, merasa gugup sekali ketika Bu Jingga mengira mereka pacaran di perpustakaan. Tapi setelah itu, akhirnya Bu Jingga meninggalkan mereka berdua, Galeo menghembuskan nafasnya, merasa lega ketika melihat Bu jingga sudah menjauhi mereka. 

Sekali lagi, mereka saling bertatapan, tapi kali ini dengan tawaan yang di lemparkan keduanya. Mereka merasa kalau kejadian tadi menegangkan sekaligus lucu, karena mereka berdua belum pernah melihat Bu Jingga marah dengan mata melotot seperti itu.

"Hahaha! Bu Jingga ini ada-ada aja!" 

"Iya! Hahaha kamu lihat gak, sih? Tadi Ibu smpe melotot lihatin kita,"

Tapi tawaan itu tidak bertahan lama, karena kecanggungan langsung menyerang mereka lagi. Akhirnya mereka langsung membereskan buku-buku yang berjatuhan daripada merasakan kecanggungan ini lebih lama lagi. 

Setelah selesai membereskan kekacauan di perpustakaan, mereka memutuskan untuk keluar perpustakaan bersama. Ah iya, Galeo juga ingin mengenal perempuan ini, mereka sudah bertemu dua kali, kan? Keterlaluan jika Galeo tidak tahu namanya. 

"Ngomong-ngomong, nama kamu siapa?" 

Yang di panggil, langsung menoleh menatap laki-laki tinggi yang ada di sampingnya "Oh, namaku Ruby. Ruby Belinda, kelas sebelas dua."

Kelas sebelas dua? Bukannya kelas itu adalah kelasnya Leana, ya? Galeo sangat terkejut ketika mendengar itu dari Ruby. Ternyata mereka sekelas. 

"Ruby? Such a good name, salam kenal Ruby, namaku Ga-"

"Galeo Ardashir." 

Sepertinya, Galeo tidak ada habisnya di buat terkejut oleh Ruby. "Tahu namaku darimana?" 

Ruby terkekeh, Galeo ini tidak tahu, apa? Kalau semua orang di sekolah ini tahu betul tentangnya "Semua orang di sekolah ini juga tahu kalau kalau kamu Galeo, kamu harusnya aneh sama orang yang gak kenal kamu." 

Galeo menggaruk kepalanya, "Hehe, aku gak se terkenal itu. Oh iya, kamu yang aku tabrak di stasiun, kan? Aku belum pernah lihat kamu di sekolah sebelumnya," 

"Aku baru pindahan waktu kelas sebelas ke sini."

Galeo mengangguk mengerti "Pantesan. Oh iya, kamu sekelas sama Leana, ya?" 

Ruby langsung mengangguk, tentu ia mengenal Leana, sebenarnya tadi juga Ruby tidak sendirian ke perpustakaan, ada Leana yang menemaninya, tapi Leana pergi duluan karena ada urusan mendadak. 

"Aku temen deketnya Leana, kenapa?"

"Aku suka Leana."

Ruby tidak menyangka Galeo akan mengatakan itu padanya, tapi tidak heran jika temannya itu di sukai oleh Galeo, karena Ruby juga tahu kalau Leana adalah peimadona sekolah.

Tiba-tiba, terlintas sebuah ide di benak Galeo yang mungkin bisa membukakan jalan untuknya dekat dengan Leana. 

"Ruby,"

"Ya?"

"Boleh bantuin aku deket sama Leana, gak?"

                                       . . .

Semenjak hari itu, Ruby memutuskan untuk membantu Galeo untuk mendekati Leana. Hari demi hari Ruby lalui hanya untuk membantu Galeo mendekati temannya itu. Mereka biasanya bertemu di perpustakaan hanya untuk membahas berbagai cara. Galeo juga sampai hafal rak mana yang selalu Ruby datangi ketika ia mencari buku kesukaannya. 

Sebenarnya, bukan hanya membicarakan bagaimana cara untuk mendekati Leana, tapi setelah Galeo sering bertemu dengan Ruby, ia sering sekali mendengarkan cerita dari perempuan itu, ternyata, perkiraannya benar ketika pertama kali bertemu dengan Ruby di stasiun itu benar, Ruby adalah seorang kutu buku. Maka dari itu, selain membicarakan Leana, Galeo juga jadi mengetahui berbagai cerita dongeng maupun pelajaran dari Ruby. 

Terkadanga Galeo selalu terlena ketika melihat Ruby yang sedang menceritakan sebuah cerita padanya, cantik, Ruby sangat cantik ketika sedang menceritakan dongeng padanya. Namun pikirannya selalu ia buang jauh-jauh, karena niat awalnya kan, ingin mendapatkan Leana sebagai pacarnya, bukan mendapatkan Ruby.

Hari ini, mereka kembali bertemu di perpustakaan untuk membahas hal yang sama. Mereka bertemu di rak buku novel yang selalu Ruby kunjungi setiap jam pelajaran. 

Galeo mengikuti Ruby di sampingnya, mereka menelusuri setiap rak-rak yang ada di perpustakaan.

"Jadi, rencana kemarin gagal lagi, Le?" Tanya Ruby

Galeo mengangguk, ternyata, Lenana lebih susah di dekati, tidak seperti yang ada di bayangannya. "Ya, kemarin aja aku mau kashh surat tapi suratnya malah basah total karena hujan, aku bisa apa? Malu banget hadapan lagi sama Leana. Aku benci hujan!" Ya, kemarin Galeo menjalankan rencananya untuk memberi surat kepada Leana, namun rencana itu gagal total karena hujan menghuyurnya tepat sebelum ia menghampiri Leana, padahal perempuan itu ada di hadapannya saat itu.

"Jangan marah dengan hujan, hujan gak tahu bagaimana cara untuk jatuh ke atas. Harusnya kamu bersyukur apa yang udah tuhan kasih ke dunia ini, kalau gaada hujan mungkin kita udah kekeringan, Le,"

"Terus sekarang mau cara apa lagi?" 

"Aku ada cara lain buat deketin Leana."

Jam menunjukkan pukul dua belas siang, para murid berhamburan keluar, hari ini adalah hari di mana mereka mengadakan acara fotografi bersama di luar. Tentu saja Galeo ikut serta, ia bahkan sudah memasangkan kameranya pada tripod yang sudah berdiri tegak di hadapannya. Ia menyipitkan matanya untuk melihat kameranya. 

Lensa itu ia arahkan kepada seorang perempuan di sebrangnya, ya, itu adalah Leana. Rencananya kali ini adalah foto bersama Leana, Ruby yang akan meminta langsung pada Leana agar mau berfoto dengan Galeo. 

Ketika Galeo sedang fokus mengarahkan kamera ke arah Leana, tiba-tiba Ruby masuk ke dalam frame kameranya, menbuat netra Galeo menjadi teralihkan, entah kenapa, di mata Galeo Ruby menjadi lebih cantik dari Leana, bahkan ia beberapa kali mengedipkan matanya hanya untuk menyadarkan dirinya. Namun naas, di matanya, Ruby menjadi begitu cantik dari sebelumnya. 

Sedetik kemudian, lamunannya terpecahkan karena Ruby tiba-tiba melambaikan tangannya ke arahnya, seakan-akan ia menyuruh Galeo untuk menghampirinya.

Galeo dengan gugup langsung mengarahkan telunjuknya pada dirinya sendiri "Aku?" 

"Iya sini cepet!" Teriak Ruby

Ruby menyruh Galeo untuk menghampirinya karena menyuruh Galeo untuk berfoto dengan Leana, seperti rencana awal mereka. 

"Leana, Galeo mau foto katanya, sekali aja ya?" 

Leana tersenyum manis, kali ini ia tidak mau menolak lagi Galeo karena merasa tidak enak, maka dari itu ia menerima permintaan Ruby yang menyruhnya foto bersama dengan Galeo.

Sesi foto berjalan begitu canggung, Galeo tersenyum ke arah kamera, bersamaan dengan Leana yang berada di sampingnya. Sedangkan Ruby, perempuan itu sibuk mengatur kamera agar hasil foto mereka bagus.

"Leo! Rangkul dong Leanya!" 

"Eh?" 

"Rangkul!" 

Setelah itu, Galeo merangkul Leana, membawa perempuan itu lebih dekat kepadanya. Ruby yang melihat itu langsung merasa puas "Senyum ya!"

1

2

3

CKREK!

Setelah sesi foto selesai, Galeo langsung membereskan peralatan kameranya, di bantu dengan Ruby yang sedang sibuk melipat tripod miliknya. 

"Kamu kenapa sih, Leo? Kok tadi kelihatan canggung banget, biasanya semangat banget, tuh, buat deketin Lea."

"Gatau, kayanya aku terlalu gugup di deket dia, hehe." Ruby bisa mendengar kebohongan yang keluar dari mulut Galeo, namun Ruby langsung cepat-cepat menghilangkan pikirannya, mungkin ia hanya salah tangkap. 

Entah kenapa, setelah hari pemotretan itu Galeo menjadi aneh, entah itu hanya perasaan Ruby atau apa, tapi Galeo tidak pernah membicarakan Leana lagi. Bahkan hari ini, ketika Ruby sedang membaca cerita dongeng baru yang ia temukan di perpustakaan sekolah, Galeo hanya asik melihatnya dengan seksama dan tidak banyak bicara seperti sebelumnya. 

Ruby yang merasa tidak enak langsung membuka suara "Kamu tuh kenapa, sih? Leo?" 

"Kenapa emangnya?" 

"Daritadi ngelihatin mulu, ada yang salah ya?"

"Gaada, tuh."

"Terus? Ayo dong ngobrol lagi, kamu kaya orang sakit tau lama-lama!" 

Galeo hanya menyengir mendengar perkataan itu keluar dari Ruby "Aku akhir-akhir ini lagi asik aja sih dengerin kamu cerita."

"Mending kita bahas cara lain biar kamu deket sama Leana, yuk, kamu malah makin jauh dari dia semenjak kalian fot-"

"Jangan bahas lagi Leana." Potong Galeo.

Tentu saja Ruby terkejut mendengarnya, apakah Galeo sudah tidak mau lagi mendekati Leana atau bagaimana?

"Kenapa kok tiba-tiba, sih?" 

"Aku udah gak suka sama dia, By." 

"Setelah semua yang kamu lakuin buat dia Le-"

Perkataan Ruby lagi-lagi terpotong oleh Galeo, dan kali ini, sepertinya perkataan yang keluar dari mulut Galeo cukup membuat Ruby menjadi syok. 

"Kayanya, aku suka kamu, Ruby."

Pernyataan yang tiba-tiba itu membuat hubungan Galeo dan Ruby sedikit meregang. Awalnya, Ruby sangat kesal dengan Galeo karena telah mempermainkan Leana. Tapi bagaimanapun, Leana juga tidak terlalu tertarik dengan Galeo dari awal. Tidak ada yang salah. Tapi perasaan Ruby tetap tidak enak di buatnya. 

Setelah Galeo menyatakan perasaannya kepada Ruby, mereka menjadi jarang bertemu di perpustakaan lagi. Aneh rasanya tidak bertemu satu sama lain, Ruby meyakinkan dirinya untuk menjauhi Galeo. Namun, suatu hari, Galeo datang kembali kepadanya dan menyuruhnya untuk pendekatan dengannya selama 101 hari.

Galeo juga ingin meyakinkan dirinya tentang perasaanya. Apakah perasaannya kepada Ruby hanya lewat atau tidak? Maka dari itu ia memutuskan untuk meminta Ruby agar menjalani pendekatan dengannya. Jika Galeo bosan, maka, dia juga akan meninggalkan Ruby. Begitu prinsipnya. 

Itulah mengapa orang-orang bilang kalau Galeo Ardashir begitu 'Red flag' karena caranya mencintai seseorang, selalu berbeda dari yang lainnya. 

Akhirnya, setelah pertimbangan yang cukup lama, Ruby menerima tawaran dari Galeo. Mereka menjalankan pendekatan selama 101 hari. 

Selama 101 hari itu, Ruby melakukan aktifitas nya seperti biasa, pergi ke perpustakaan untuk membaca buku cerita, lalu menceritakannya kepada Galeo. Begitu juga dengan Galeo, ia tidak ada rasa bosan ketika mendengarkan cerita-cerita yang di bacakan oleh Ruby. 

Parasnya yang cantik dan suaranya yang lembut bagaikan sihir yang selalu membuat Galeo tenggelam. Ruby adalah sebuah candu terbaru yang pernah Galeo temukan.

Hari demi hari mereka lalui bersama, bukan rasa bosan yang Galeo dapatkan setelah 101 hari itu. Namun, dirinya semakin jatuh cinta kepada Ruby karena ia juga penasaran dengan cerita apa yang akan Ruby bacalan padanya selanjutnya. 

Akhirnya, setelah 101 hari berlalu, Ruby pun yakin bahwa Galeo adalah laki-laki yang baik. Tidak seperti yang orang bilang.

"Galeo, kamu serius, kan?" 

"Serius, aku harus ngelakuin apa biar kamu mau nerima aku By? Mau kamu suruh aku buat baca buku lima sekawan dari versi pertama, pun aku rela, Ruby." 

Pipi Ruby menjadi memerah karenanya. Galeo benar-benar pintar membuatnya jatuh. Baru kali ini ia merasakan jatuh se dalam ini pada seseorang.

"Jadi, mau ya, jadi pacarku?" 

Kepala Ruby mengangguk perlahan. Bunga seakan-akan bermekaran di hatinya, perutnya di penuhi dengan kupu-kupu yang berterbangan. 

Galeo yang melihat jawaban dari Ruby langsung meloncat dengan senang, lagaknya seperti sudah mendapatkan lotre berhadiah uang ratusan juta. 

Galeo dan Ruby resmi menjadi pasangan. Setelah menjalin hubungan dengan Ruby, Galeo tidak pernah lagi ingin dekat dengan perempuan lain, Gavin, sahabat karibnya bahkan sedikit kaget ketika mendengar bahwa hubungan Galeo dan Ruby bertahan lama. Katanya, Galeo mencintai Ruby bukan hanya karena parasnya yang cantik, namun karena suara dan wawasannya yange mbuatnya terkagum dan tidak pernah bosan dengannya. 

Untuk apa mencari perempuan lain ketika akhirnya Galeo bertemu dengan perempuan sempurna yang tuhan kirimkan untuknya?