Autobiografi Syahril Rizal

Kelas: X.6

Autobiografi Syahril Rizal

Hai, nama saya Syahril Rizal Assidik. Saya lahir di Bandung pada tahun 2008, dan tumbuh menjadi seorang anak yang normal. Tahun 2014 saya pernah bersekolah di SDN Purwodadi simpang, Kec.Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung Selatan. 2 tahun berselang sebelum menginjak kelas 3 SD, saya pindah ke Kota Banjar, Jawa Barat dan bersekolah di SDN 2 Mekarharja. Tahun 2020 saya menempuh pendidikan di MTsN 3 Kota Banjar, dan lulus pada tahun 2023. Kemudian saya melanjutkan pendidikan saya di SMAN 3 Banjar, sampai sekarang ini ( Kamis, 25 April 2024).

Kali ini, saya akan menceritakan salah satu pengalaman yang mungkin tidak akan pernah terlupakan, karena saya hampir tidak ikut Study Tour. Kejadian itu terjadi ketika saya kelas 9 MTs, dihari Selasa malam tanggal 18 Oktober 2022. Setelah sholat Maghrib tiba-tiba hawa terasa panas dingin, dan malam itu juga saya langsung istirahat. Keesokkan harinya saya batuk-batuk dan ketika membuang dahak, dahak tersebut berwarna merah. Ibu saya khawatir, dan langsung mengabari Ayah saya yang kala itu sedang bekerja di Kab.Bandung Barat. Ketika hari kamis pun keadaan saya masih sama seperti hari kemarin, padahal sudah H-4 sebelum saya berangkat Study Tour ke Kota Jogjakarta. Keseharian saya kebanyakan hanya tidur, dan itu membuat kepala saya menjadi pusing ketika mencoba keluar rumah. Hari Jum'at pun tiba, Ayah saya yang seharusnya berada dirumah pada hari Sabtu, tapi minggu ini pulang lebih cepat karena kondisi saya. Di Hari Jum'at tersebut, saya pun diajak periksa ke sebuah klinik di dekat Pasar Kota Banjar. Setelah sekian lama menunggu antrian, giliran saya pun tiba. Saya di cek dan ternyata masalahnya berada diperut saya. Karena selama duduk dikelas 9 MTs, saya selalu telat makan siang. Dan saya menahan lapar hanya dengan jajan Rp.2.000 dan sebotol air minum 500 ml. Kemudian saya pun diberi obat dan waktu istirahat total selama 3 hari, yaitu sampai hari Senin tanggal 24 Oktober 2022. Tetapi itu membuat saya khawatir, karena pada hari senin tersebutlah saya berangkat ke Kota Jogja. Saya hampir kehilangan harapan untuk ikut study tour, tetapi apapun yang terjadi saya tetap berdo'a agar bisa sembuh sebelum hari senin tiba. Setelah sholat, dan dalam posisi sujud pun saya selalu menyelipkan do'a agar diberi kesembuhan. Di hari sabtu, Ayah saya pergi kesekolah untuk memberitahukan kepada guru-guru agar saya tidak jadi ikut Study Tour. Mengetahui itu, saya merasa tidak ada harapan lagi untuk ikut Study Tour. Hari jum'at dan sabtu pun saya lalui dengan beristirahat dikamar dan rasa sedih karena tidak ikut Study Tour. Hari minggu, 23 oktober saya memutuskan untuk pergi bercukur karena rambut saya yang sudah panjang. Dan ketika pergi ke tukang cukur, saya masih merasakan sedikit pusing karena selalu tiduran. Hari senin pun tiba, Ayah saya yang seharusnya bekerja tetapi tidak berangkat karena masih memantau kondisi saya. Kala itu saya hanya bisa menangis dan mengurung diri dikamar. Saat itu Ayah saya menanyakan kondisi saya, apakah masih sama atau membaik. Saya hanya diam karena mengingat tidak ikut Study Tour. Kemudian saya mengatakan keadaan saya sudah membaik, dan kemudian ayah saya menelpon salah satu guru dan mengatakan bahwa saya jadi untuk ikut Study Tour. Malam pun tiba, saya dan teman-teman saya berangkat ke Jogja. Siapa yang menyangka, saya kira ketika di Jogja saya akan sakit kembali tapi ternyata tidak. Saya merasa ketika Study Tour rasa sakit itu langsung hilang karena rasa bahagia bisa ikut Study Tour.

Pesan yang didapat dari pengalaman saya yaitu " Jangan pernah menyerah seberat apapun masalahnya, jika kita sudah berdo'a kepada Yang Maha Kuasa pasti kita bisa menaklukan masalah tersebut".