IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS XI-2 SMA NEGERI 3 BANJAR, TAHUN AJARAN 2022/2023.

IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS XI-2 SMA NEGERI 3 BANJAR, TAHUN AJARAN 2022/2023.

Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari peserta didik di berbagai jenjang. Melalui belajar matematika peserta didik dapat berlatih berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan juga kolaboratif. Kompetensi tersebut sangat diperlukan agar peserta didik memiliki kemampuan dalam mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup di berbagas situasi.

 

Salah satu materi pembelajaran matematika yang esensial di kelas XI adalah materi fungsi komposisi. Dalam kehidupan sehari-hari materi ini memiliki manfaat yang kontekstual, seperti halnya dalam proses pembuatan buku, proses pembuatan emas menjadi perhiasan, mengoperasikan mesin pencetakan yang

menggunakan komposisi warna, mendaur ulang logam campuran kemudian dihancurkan menjadi serpihan kecil, dan contoh kegiatan lainnya.

 

Ada pun tujuan pembelajaran materi fungsi komposisi bagi peserta didik adalah untuk memahami syarat dan sifat fungsi komposisi, menentukan fungsi komposisi dari beberapa fungsi dengan benar, memecahakan masalah komposisi fungsi yang terdiri dari dua fungsi atau lebih, serta membuat model dan memodifikasi konsep komposisi fungsi untuk menyelesaikan masalah dunia nyata.

 

Proses pembelajaran akan selalu berbanding lurus dengan hasil belajar, artinya bagaimana saja proses pembelajaran di dalam kelas akan sangat menentukan hasil belajar dan juga kedalaman pemahaman yang dicapai peserta didik. Sehingga, diperlukan adanya seni dalam mengajar, inovasi serta kreatifitas dalam mengajar. Menyikapi pentingnya materi fungsi komposisi bagi peserta didik, penulis melalukan praktik baik dengan cara mengitegrasikan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning. Melaui model pembelajaran problem based learning ini penulis berharap hasil belajar dan pemahaman peserta didik terhadap materi fungsi komposisi menjadi lebih meningkat.

 

Widiasworo (2018:149) berpendapat bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan proses belajar mengajar yang menyuguhkan masalah kontekstual sehingga peserta didik terangsang untuk belajar. Permasalahan akan dihadapkan kepada peserta didik sebelum proses pembelajaran berlangsung sehingga, dapat memicu peserta didik untuk meneliti, menguraikan dan mencari penyelesaian dari masalah tersebut. Oleh karena itu, bagi penulis model

pembelajaran ini sangat relevan apabila diintegrasikan pada materi fungsi dan komposisi.

Praktik baik ini penulis implementasikan di seluruh kelas XI SMA Negeri 3 Banjar, semester genap, tahun ajaran 2022/2023. Dengan jumlah pertemuan sebanyak 1 kali pertemuan (2 x 45 menit). Sampel data yang diambil yaitu kelas XI-2, berjumlah 36 orang peserta didik.

 

Ada pun langkah-langkah yang dilakukan yaitu :

 

1.      Melakukan Asesmen Diagnostik

 

Asesmen Diagnostik merupakan penilaian/asesmen kurikulum merdeka yang dilakukan secara spesifik dengan tujuan untuk mengidentifikasi atau mengetahui karakteristik, kondisi kompetensi, kekuatan, kelemahan model belajar peserta didik, sehingga pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik yang beragam (kepmendikbud No.719/P/2020).

 

Asesmen ini berguna untuk mengetahui titik awal kemempuan peserta didik. Sehingga penulis dapat membuat perencanaan langkah-langkah perlakuan bagi setiap individu peserta didik. Melalui asesmen diagnostik ini penulis mendapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasar hasil asesmen tersebut, penulis mendapatkan gambaran bahwa sebanyak 6 orang peserta didik mendapatkan skor 80. Sebanyak 5 orang peserta didik mendapat skor 70. Sebanyak 11 orang peserta didik mendapat skor 60, dan sebanyak 11 orang peserta didik mendapat skor 50. Skor rata-rata yaitu 65. Sehingga, penulis dapat menyimpulkan bahwa hanya 6 orang peserta didik yang mendpatkan skor KKM. Oleh karena itu penulis perlu meningkatkan hasil belajar dengan cara mengintegrasikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inovatif yaitu model problem based learning.

 

  1. Melakukan Aksi sesuai dengan sintak model problem based learning.

 

Ada pun rangkain aksi yang dilakukan yaitu:

 

1). Orientasi peserta didik pada masalah

 

Pada aktivitas ini peserta didik disajikan contoh permasalahan yang kontekstual pada LKPD yang ditayangkan melalui video. Kemudian

peserta didik mengamati, memahami dan bertanya jawab dengan guru atau pun peserta didik lainnya terkait oleh guru.

  • Mengorganisasi Peserta didik untuk belajar

 

Pada kegiatan ini peserta didik berkelompok sesuai dengan klasifikasi kemampuan matematis tinggi, sedang atau pun rendah. Kemudian, peserta didik diberikan link LKPD terkait permasalahan fungsi komposisi, dilanjutkan dengan diskusi kelompok.

  • Membimbing penyelidikan Individu dan kelompok

 

Pada aksi ini peserta didik mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk mencari solusi atas permasalahan terkait fungsi komposisi. Kemudian, peserta didik pun kembali melakukan diskusi.

  • Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

 

Peserta didik berdiskusi sampai menemukan pemecahan masalah. Kemudian, menyajikan hasil kerja kelompoknya, guru pun mengkonfirmasi hasil kerja setiap kelompok.

  • Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

 

Pada aktivitas ini setiap kelompok menganalisis dan menanggapi hasil kerja dari kelompok lainnya. Kemudian, guru memberi materi penguatan dan menyimpulkan materi fungsi komposisi. Pada tahap ahir peserta didik mengisi angket motivasi dan asesmen sumatif.

2.            Melakukan Asesmen Sumatif.

 

Keberhasilan pembelajaran akan terukur jelas melalui hasil sumatif yang dilakukan, berikut merupakan hasil asesmen sumatif materi fungsi komposisi.

Grafik 2 Hasil Asesmen Sumatif

Berdasar hasil asesmen sumatif yang dilakukan, penulis mendapatkan gambaran dari grafik di atas bahwa sebanyak 3 orang peserta didik mendapatkan skor 95. Sebanyak 7 orang peserta didik mendapat skor 90. Sebanyak 15 orang peserta didik mendapat skor 85, dan sebanyak 11 orang peserta didik mendapat skor 80. Skor rata-rata yang di dapatkan adalah 87,5.

Dengan ketercapaiannya kriteria ketuntasan minimum pada materi fungsi komposisi ini, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inovatif problem based learning ini telah berhasil meningkatkan kemampuan peserta didik hingga mencapai tujuan pembelajaran. Keberhasilan ini tidak hanya sampai dengan

penilaian kognitif namun pembelajaran ini pun telah membangun karakter peserta didik yang bernalar kiritis, gotong royong, kreatif, dan religius